Apa kabar? Aku ingin mulai dengan satu pengakuan kecil: beberapa tahun terakhir aku sering merasa lelah, bukan hanya badan tapi juga pikiran. Ada periode di mana rutinitas terasa seperti roda yang berputar tanpa ujung. Dari situ aku belajar, perlahan-lahan, bahwa menjaga jiwa dan raga itu butuh perhatian yang sama, bukan sekadar olahraga dan makan sehat. Ini cerita ringan dari pengalaman pribadi, sekaligus beberapa langkah sederhana yang membantu aku mencegah kecemasan dan merawat diri.
Mengapa kita sering lupa merawat jiwa?
Pernah nggak kamu merasa sibuk merawat dunia luar—pekerjaan, orang lain, target—tapi lupa menengok ke dalam? Aku sering begitu. Untuk beberapa waktu aku menganggap stres itu bagian normal hidup. Barulah ketika napas terasa sesak saat meeting dan tidur makin terganggu, aku sadar ini bukan sekadar “musim sibuk.” Menjaga jiwa bukan perkara mewah; ia sama pentingnya dengan vaksinasi buat tubuh. Kalau jiwa lelah, tubuh ikut kacau. Kalau tubuh lemah, jiwa mudah terbawa emosi negatif.
Apa saja langkah praktis yang kulakukan setiap hari?
Langkah pertama yang kupelajari: atur napas. Ketika panik, aku berhenti. Satu napas panjang, keluarkan perlahan. Lakukan lima kali. Sesederhana itu, tetapi sering ampuh menurunkan ketegangan. Kedua, bergerak meski sebentar. Jalan kaki 10 menit di pagi hari atau lakukan stretching singkat setiap beberapa jam. Tubuh yang bergerak membantu otak memproduksi hormon baik, yang membuat mood lebih stabil.
Ketiga, tidur cukup. Aku dulu meremehkan tidur, bangga karena bisa begadang. Salah besar. Tidur berkualitas membuat regulasi emosi lebih baik. Keempat, batasi layar sebelum tidur. Cahaya biru bikin otak tetap “bangun” padahal tubuh butuh istirahat. Kelima, makan dengan sadar. Aku mulai memasukkan lebih banyak sayur, protein, dan air putih. Makanan mempengaruhi suasana hati lebih dari yang kubayangkan.
Cerita kecil tentang self-healing yang ternyata sederhana
Ada hari ketika pekerjaan menumpuk dan aku merasa terlalu kecil untuk menghadapi semuanya. Aku memilih mundur sejenak: mematikan notifikasi, membuat secangkir teh hangat, menulis hal-hal yang aku syukuri. Hanya 10 menit. Ternyata cukup. Perasaan berat itu mencair perlahan. Dari situ aku sadar bahwa self-healing tak selalu butuh ritual besar. Kadang membaca buku yang menenangkan, menulis jurnal selama lima menit, atau berkebun di pot kecil di teras sudah sangat membantu.
Kemudian aku mencoba praktik lain: menetapkan batas. Mengatakan “tidak” bukan berarti egois. Itu bentuk cinta pada diri sendiri. Bila energi terbatas, lebih baik menolak dengan sopan daripada menerima lalu kecewa. Sejak itu, kualitas interaksi yang kulakukan meningkat, dan tingkat kecemasan menurun.
Bagaimana mencegah gangguan mental lebih serius?
Pencegahan dimulai dari kebiasaan kecil. Konsistensi lebih penting daripada intensitas. Lakukan cek rutin ke diri sendiri: apakah tidur cukup? Apakah ada perubahan nafsu makan atau mood yang drastis? Jangan menunggu sampai titik kritis. Bila perlu, konsultasi dengan profesional lebih awal. Aku pernah ragu, lalu mencoba sumber informasi terpercaya dan membantu diri sendiri dengan langkah-langkah sederhana, lalu memutuskan untuk berkonsultasi ketika gejala tidak membaik. Itu keputusan yang menenangkan.
Salah satu sumber yang berguna adalah membaca tentang kesehatan mental dari platform yang kredibel. Aku juga pernah mendapat dukungan dari komunitas online dan klinik yang memberikan panduan praktis, salah satunya melalui artikel dan sesi yang bisa diakses secara mudah seperti di aartasclinishare. Ini membantu aku mendapatkan perspektif lain dan tahu kapan waktunya meminta bantuan profesional.
Terakhir, jangan remehkan kekuatan koneksi sosial. Bercerita pada teman yang dipercaya, tertawa bersama, atau sekadar berkumpul dengan keluarga bisa jadi penawar mujarab. Kita diciptakan untuk saling terhubung; isolasi adalah jebakan bagi kecemasan.
Jadi, inti ceritaku: merawat jiwa dan raga itu proses harian, bukan momen sekali waktu. Napas, gerak, tidur, makan, batasan, dan koneksi—itulah pondasi kecil yang kubangun. Kalau sekarang kamu merasa mulai goyah, coba satu hal sederhana dari yang kupaparkan di atas. Mulai dari yang mudah. Perlahan, langkah kecil itu akan membentuk pola yang melindungi dari kecemasan. Semoga cerita ringan ini memberimu sedikit ruang lega hari ini.